Sabtu, 02 April 2016

Mengulas tentang karya A.C. Andre Tanama | Gween Silent

Pada pagi yang cerah di Asrama tempat tinggal saya, yaitu Asrama Lombok yang tercinta, disitu saya biasanya sering bermain-main ke kamar teman-teman untuk melihat kondisi mereka, mulai dari bagian ruangan depan, disana saya coba mengusir kebosanan saya dengan menonton tv, tapi yang namanya tontonan terkadang membuat bosan.

saya berpindah lagi ke bagian atas, disitu terdapat salah seorang teman baik saya, sekaligus seniman yang pada saat ini sedang menjalani kuliahnya di sebuah Universitas, nama orang ini adalah Iqbal atau sering disebut Iqbal Xyz, entah apa kepanjangan dari Xyz tersebut, saya tidak berani untuk menanyakannya pada si Xyz, hehehe.

Iqbal yang mempunyai ciri khas rambut keriting ini memiliki karya yang sangat menarik, apabila kita masuk kamarnya. Waaaahhh, mungkin kata itu akan terucap apabila Anda yang melihat langsung, di dinding-dinding kamarnya terpajang banyak karya, baik seni lukis, seni cukil dll, ada sebuah karya yang membuat saya ingin terus melihatnya, tetapi pada saat ini karya tersebut sudah diambil temannya.

Sekarang ini iqbal sedang akan merancang karya terbarunya sebagai karya skripsi. oiya lupa dengan pembahasannya, waktu itu aku ketemu iqbal di kamarnya sedang bermain game. Terlihat sebuah buku putih dengan gambar yang menurut saya sangat menarik, karena menampilkan wajah seorang anak kecil yang sedang murung dengan wajah menunduk kebawah.

Penasaran dengan buku tersebut, sayapun mengambilnya dan membacanya, sekilas di belakang cover buku tersebut ada sebuah tulisan yang menarik perhatian saya, barisan-barisan kata yang sangat indah. "Sebuah karya seni apapun itu bagi saya adalah sebuah visualisasi atas anugerah Ilahi. Berkarya merupakan suatu proses spiritual. Mengolah rasa menjadi energi positif yang terwujud melalui bahasa visual" itu lah kata-kata dari A.C. Andre Tanama yang sangat memuji apapun bentuk karya.

tertatik dengan bukunya, saya-pun seharian membacanya, dengan membaca buku karya A.C. Andre Tanama membuat saya sadar, seni itu begitu bebas, luas, tanpa batas. entah seandainya ada kata yang bisa melambangkan kata yang lebih untuk mewakili kata kagum akan seni, maka saya akan menggunakannya. hehehe

ini dia seniman tersebut:
Andre Tanama lahir dalam keluarga Ciwa (Cina dan Jawa). Ayahnya bernama Tan Kian Bie (Albert Ryanto) dan ibunya bernama Caecilia Ruwini. Ayahnya bekerja wiraswasta di bidang percetakan dan ibunya sebagai ibu rumah tangga. Andre merupakan anak kedua dari 4 bersaudara. Mereka sekeluarga tinggal di Sidomulyo, Tegalrejo, Yogyakarta.

Fase-fase awal pencarian untuk dunia seninya, Andre sering menggarap tema-tema keagamaan, khususnya yang berkaitan dengan kisah-kisah penyaliban dan sengsara Yesus. Pada fase ini, Andre sedang mencari ikon atau metafor yang dapat menyalurkan trauma psikologis yang mendalam.

Setelah itu, ia baru menciptakan figur Wayang Monyong. Mulanya, saat semester 4 di Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, Andre disarankan oleh dosen untuk berani menggarap deformasi bentuk, menggambar naif, dan lain-lain. Andre pun mencoba saran tersebut di rumah, tapi saat itu ia tidak bisa menikmatinya. Lalu ia mencoba melakukan deformasi bentuk kepala manusia, dan itu dipengaruhi oleh kondisinya yang banyak problem dan kegelisahan.

Dalam bukunya tersbut, ada empat orang yang memiliki talenta lebih, telah menulis, menyumbangkan pemikiran dan ide terutama tentang Gween Silent. Dengan gaya menulis yang unik dan khas sesuai karakter masing-masing, keempat penulis ini mengantarkan buku ini untuk menyelami kisah Gwen Silent.

1. Adinto Fajar Sudanto seorang sahabat semasa SD (Sekolah Dasar) 2. Vera Wijaya 3. Nia "Hagai" Dianti (istri dari ac Andre Tanama) 4. Sukma Swarga Tiba

penyumbang pertama yang memberi pemikiran dan ide tentang Gwen Silent ini memberi judul "Suwung atau Bocah Kecil yang Membisu Sekuat Tenaga" untuk tulisannya pada buku tersebut.

Andre Tanama meminta kepada Adinto Fajar Susanto untuk bercerita apa saja tentang Gwen Silent, Andre Tanama ingin tahu bagaimana orang lain menimang bocah kecil yang telah dia lahirkan."Suwung adalah Ruang Sunyi yang Menjelma Ruang" itulah judul tulisan dari Adinto Fajar Sudanto. di dalam tulisannya tersebut, banyak menceritakan tentang apakah Suwung itu sendiri dan apa makna di dalam kata Suwung tersebut.

"Suwung adalah Ruang Sunyi yang Menjelma Ruang"
Adinto Fajar Sudanto juga mengulas tentang siapakan dalam lukisan Andre Tanama "Gwen Silent". Gwen Silent menyajikan suwung itu secara gamblang. Gwen Silent tak membuka mata, padahal mata menjadi tanda yang pas untuk menerka keadaan hati seseorang, Orang yang marah, matanya membelalak. Orang yang licik, matanya suka menyipit-nyipit dan melirik. Orang yang damai, matanya pun terasa teduh, tak mudah gelisah.

Mata si Buta Terong atau Cakil saja bisa cukup mendefinisikan posisinya jika dibandingkan dengan mata ksatria, seperti Arjuna atau Yudhistira dalam figur pewayangan. Adapun lukisan-lukisan "mata tanpa kelopak" Jeihan, yang menjadikannya bernuansa dalam.

Gwen Silent juga tak membuka mulut, bahkan mulutnya tak ada, entah disembunyikan di mana. Padahal mulut juga menjadi penyuara kata-kata, sehingga kita bisa berkomunikasi dan mengkomunikasikan sesuatu. Bahkan tanpa kata-kata pun, gerak mulut mengekspresikan emosi-emosi manusia.

Ketika Adinto Fajar Susanto menyadari bahwa Gwen Silent tak hendak membuka mata dan tak hendak menunjukkan mulutnya, muncullah pertanyaan. tak selayaknya anak kecil menjadi beku. Sewajarnya anak-anak berlarian, berceloteh, berkata-kata semau dia. Gwen Silent, seperti namanya, selalu diam dalam setiap bingkai karya. setiap dari kita tentu akan bertanya di mana matamu?. Apakah dia tak hendak melepaskan mimpi-mimpinya?. Mungkin saja. Dimana mulutmu? Apakah dia kecewa berat sehingga memutuskan untuk diam saja? Atau anak ini memang menolak (belajar) bicara, karena kata-kata tak pernah sesuai yang dia minta?.

Penampakan Gwen Silent yang terlahir sedemikian sunyi di tangan Andre Tanama merupakan ruang suwung yang dibangun secara sengaja olehnya. Suwung itu mengulurkan tangan untuk mengajak kita menurut lapis demi lapis pertanyaan yang pada akhirnya menjadi solilokui, kita bertanya pada diri kita sendiri. Pada awalnya, kita terkesima pada "obyek" bisu di depan kita, kita terus didera misteri yang berkecamuk, dan perlahan-lahan segenap interpretasi itu menjadi dialog yang nyata yang berbalik menjadi wawancara antara aku dengan diriku sendiri. Persis di situlah "suwung", dalam bahasa Iser, menjadi momen setiap manusia menemukan signifikansi (significances) untuk dirinya.

Dalam Karya New Spirit (2010), tampak ruang yang kosong dan Gwen Silent di sana dengan gaun kuning kembang-kembang tengah menyiram tanah . Dalam ruang itu, Gwen memancing sesuatu dalam diri kita untuk berpikir berulang-ulang, barangkali tentang makna harapan. Dalam aura misteri itu, ia menyiram sesuatu. Sederhana sekali, tapi itulah yang erjadi dalam sebuah ruang yang "suwung". Lubuk itu bukan semata kompetisi untuk membidik interpretasi para kritikus yang merasa menggenggam konsep yang paling benar.

Suwung itu milik semua orang, semua subyek, di mana semua orang boleh menandainya, menjadikan karya itu sebagai teritorinya. Gwen Silent yang terpampang di karya Andre Tanama boleh menjadi milik semua orang, justru karena dia telah tinggal di sebuah ruang "suwung" itu. Gwen Silent menjadi signifikan bagi setiap orang secara berbeda.

Tokoh Gwen Silent yang sunyi total ini, Andre Tanama bermain secara sadar dengan kemungkinan karya seni untuk berdialog dengan setiap orang. Sekaligus, mengajak orang untuk telaten, mencintai diri dan pengalamannya yang personal dengan berkomunikasi dengan kesunyian si bocah kecil ini.

Sunyi dan rumpang itu, yang secara wadag deformatif, adalah sebuah misteri yang melibatkan setiap orang berpartisipasi. Tanpa ada pretensi untuk berpartisipasi. Tanpa ada pretensi bicara (dengan mulut Gwen atau mulut pelukisa) atau beraksi (dengan mulut Gwen atau pelukis), lukisan-lukisan ini telah berbicara dengan sunyi itu.

"Sang Aku Menjadi Kerdil"
Seorang teman Andre pernah berkomentar (sekaligus menasehati) demikian tentang Gwen Silent, "Ndre, apa kamu tidak takut, nanti anakmu ikut-ikutan menjadi muram seperti lukisan-lukisanmu itu?" Teman ini bertanya demikian karena aak semata wayang Andre Tanama juga dinamai Gwen, bahkan sepertinya Gwen Silent benar-benar mewujudkan dalam anak Andre yang ernama Gwen Sae Ilen Tanama.

Andre mengaku itu sebagai koinsiden. Kebetulan saja bahwa Gwen juga menjadi nama anaknya dengan Nia, sang istri, Gwen adalah patron baptis anakku, seorang santa dari daerah Britania Raya yang hidupnya sangat saleh, jawabnya. Dan perempuan kecil Gwen Sae Ilen jelas berbeda dengan Gwen Silent, Ilen enerjik, suka tertawa, dan berceloteh.

Kemudian, Andre Tanama mengaku, "Gwen Silent sesungguhnya justru gambaran diriku sendiri. Metafora diriku ketika berhadapan dengan hal-hal di dunia ini, segala yang ada di luar diriku." Unik memang, bagaimana seorang pelukis seperti Andre Tanama merasa bahwa jauh di lubuk hatinya, dia adalah seorang Gwen Silent, si gadis kecil itu.

Di hadapan dunia yang terus berputar ini, seorang seniman juga terus melakukan pengembaraan dengan jalannya sendiri. Apa yang dicari tak lain adalah jawaban bagi segenap pertanyaan yang terus saja ada. Memang, kita boleh melihat berbagai simpulan permenungan yang mungkin terekam dalam karya-karyanya. Di situlah, barangkali seniman itu berhadapan mengungkapkan dirinya.

Gwen Silent sebagai metafora yang direnungkan oleh Andre Tanama sesungguhnya sebuah pencarian yang sifatnya universal. Ada yang tak terbatas yang membuat kita kerdil, tapi kita tak perlu menampik. Semua manusia harus merasakanya dan mengakuinya. Dalam lukisannya, ada sebuah pengalaman estetis sedemikian itu. Menarik!

Karya-karya Andre Tanama tentang Gwen Silent memang gambaran manusia yang meniadakan kekuatan indera. Andre Tanama sendiri menulis demikian: Boleh jadi kita tak mau memakai mata kita untuk melihat, namun dalam gelapun cahaya-Nya bersinar terang. atau boleh jadi kita menutup mulut kita rapat, namun Dia tetap tahu semua keluh kesah kita...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar